Malem ini w pengen curhat semua-munya unek-unek di kepala saya (klo ada Uya kuya, w mw panggil dya nih). w Lagi galau abisss tentang mimpi mimpi w sejak kecil. w ingin jadi 'sesuatu' yg w pengenin dan w akan senang jika tercapai namun apa daya ITU ADALAH KUASA TUHAN dan saya TIDAK MAMPU MELAKUKANYA sebelum Tuhan MENGHENDAKI.
Saya tipe orang yang senang bermimpi, bermimpi itu indah dan menyenangkan. Lebih menyenangkan jika ternyata mimpi-mimpi itu dapat benar-benar kita rasakan menjadi nyata. Namun, tentu saja butuh usaha mewujudkannya bukan? Tuhan tidak semata-mata menciptakan mahluk-Nya hanya untuk pasrah dan menerima takdir. Tuhan membekali kita dengan emosi jiwa, perasaan, logika, dan kemampuan untuk bersaing mendapatkan kemuliaan, dan kebahagiaan yang diridhoi-Nya. Mulia dan bahagia tidak harus menjadi orang kaya yang bergelimang harta. Namun kaya dalam arti ia memenangkan dirinya dengan segala kesyukuran atas hidupnya.
Menurut agama yang saya anut. Semua manusia sama di mata Tuhan. Meskipun di mata saya, saya merasa itu berbeda. Namun saya masih yakin bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama. Tinggal bagaimana dia berusaha. Dan Tuhan yang akan menilai usaha kita. Namun kadangkala, setiap usaha tidak selalu diakhiri dengan hasil yang diharapkan, malah terkadang gagal total. Bersyukurlah, Tuhan punya rahasia yang tidak diketahui mahluk-mahluk -Nya.
Terpuruk dalam kegagalan atas rencana kita, merupakan ujian Tuhan sebelum Ia berikan rencana-Nya. Ada banyak orang, termasuk saya pernah gagal dalam hidupnya dan terpuruk dalam waktu yang lama. Dan saya baru menyadari hal itu sekarang. Saya pernah benar-benar tidak mengerti terhadap rencana Tuhan. Sepertinya apa yang saya lakukan selalu salah dan membuat saya terpuruk. Dan saat ini saya baru sadar, Tuhan waktu itu memperingatkan saya akan kesombongan. Tekad besar saya yang berujung kesombongan. Saya akui.
Dan berubah menjadi lebih baik juga tidak semudah membalikkan telapak tangan. Keegoisan terkadang masih muncul dihati saya yang bisa berujung pada kesombongan itu lagi yang membuat mimpi-mimpi itu saya rasa dekat namun ternyata masih sangat jauh. Mungkin Ia tahu, jika mimpi itu diwujudkan-Nya, mungkin kembali berakhir seperti yang dulu. Sepertinya Tuhan menginginkan adanya jaminan apakah kita benar-benar sanggup menerima dengan ikhlas, dengan rasa syukur atas mimpi itu atau tidak.
Saya tarik kesimpulan, saya rasa tercapai-tidaknya mimpi itu bukan hanya didasari dengan seberapa besar kemauan dan ikhtiar yang dilakukan oleh manusia, tetapi juga adanya jaminan kita tidak menyombongkan diri atas apa yang kita peroleh. Dengan begitu Tuhan akan yakin memberikannya pada kita.
Saya tipe orang yang senang bermimpi, bermimpi itu indah dan menyenangkan. Lebih menyenangkan jika ternyata mimpi-mimpi itu dapat benar-benar kita rasakan menjadi nyata. Namun, tentu saja butuh usaha mewujudkannya bukan? Tuhan tidak semata-mata menciptakan mahluk-Nya hanya untuk pasrah dan menerima takdir. Tuhan membekali kita dengan emosi jiwa, perasaan, logika, dan kemampuan untuk bersaing mendapatkan kemuliaan, dan kebahagiaan yang diridhoi-Nya. Mulia dan bahagia tidak harus menjadi orang kaya yang bergelimang harta. Namun kaya dalam arti ia memenangkan dirinya dengan segala kesyukuran atas hidupnya.
Menurut agama yang saya anut. Semua manusia sama di mata Tuhan. Meskipun di mata saya, saya merasa itu berbeda. Namun saya masih yakin bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama. Tinggal bagaimana dia berusaha. Dan Tuhan yang akan menilai usaha kita. Namun kadangkala, setiap usaha tidak selalu diakhiri dengan hasil yang diharapkan, malah terkadang gagal total. Bersyukurlah, Tuhan punya rahasia yang tidak diketahui mahluk-mahluk -Nya.
Terpuruk dalam kegagalan atas rencana kita, merupakan ujian Tuhan sebelum Ia berikan rencana-Nya. Ada banyak orang, termasuk saya pernah gagal dalam hidupnya dan terpuruk dalam waktu yang lama. Dan saya baru menyadari hal itu sekarang. Saya pernah benar-benar tidak mengerti terhadap rencana Tuhan. Sepertinya apa yang saya lakukan selalu salah dan membuat saya terpuruk. Dan saat ini saya baru sadar, Tuhan waktu itu memperingatkan saya akan kesombongan. Tekad besar saya yang berujung kesombongan. Saya akui.
Dan berubah menjadi lebih baik juga tidak semudah membalikkan telapak tangan. Keegoisan terkadang masih muncul dihati saya yang bisa berujung pada kesombongan itu lagi yang membuat mimpi-mimpi itu saya rasa dekat namun ternyata masih sangat jauh. Mungkin Ia tahu, jika mimpi itu diwujudkan-Nya, mungkin kembali berakhir seperti yang dulu. Sepertinya Tuhan menginginkan adanya jaminan apakah kita benar-benar sanggup menerima dengan ikhlas, dengan rasa syukur atas mimpi itu atau tidak.
Saya tarik kesimpulan, saya rasa tercapai-tidaknya mimpi itu bukan hanya didasari dengan seberapa besar kemauan dan ikhtiar yang dilakukan oleh manusia, tetapi juga adanya jaminan kita tidak menyombongkan diri atas apa yang kita peroleh. Dengan begitu Tuhan akan yakin memberikannya pada kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar